HOT...!!!!!!!!!!!!

abg

pintu gerbang kenikmatan yang menanti

Kuperhatikan ia sedang memeriksa beberapa berkas dan sesekali menuliskan
sesuatu. Kutaksir usianya tidak lebih dari 25 tahun, cukup muda untuk seorang
direktris yang membawahi sekian ratus orang di sebuah industri garment. Mungkin
warisan babenya, pikirku.
Mengenakan blouse putih dengan dilapisi blazer berwarna biru cerah membuatnya
tampil matang dan elegant. Rambutnya yang hitam mengkilat dan ikal
bergulung-gulung sampai di punggungnya sangat kontras dengan kulit wajah dan
lehernya yang putih.
Ops! Dia menatapku dari balik kaca mata baca yang bertengger di ujung hidungnya
itu, merasa kepergok sedang memperhatikannya kurasakan warna wajahku pasti sudah
merah merona. Dia tersenyum sekilas kemudian meneruskan pekerjaannya.
"Sorry ya, agak lama menunggunya", katanya membuyarkan lamunanku. Kulihat ia
berdiri sambil merapihkan berkas-berkas yang ada di mejanya. Sesaat kemudian ia
melepas blazernya dan menggantungkannya pada sandaran kursinya, ia kemudian
berjalan menghampiri sofa dimana aku duduk. Hmm, 10 cm di atas lutut, pikirku
memperhatikan rok ketat yang dikenakannya. Dengan santai ia mengambil tempat
duduk di seberang meja di depanku, ia melipat kakinya, rok yang dikenakannya
perlahan namun pasti bergerak naik mengekspos pahanya yang padat dan putih
mulus. Amboy.
"Aduh sampai kelupaan, mau minum apa nih ?", tanyanya sambil tersenyum
meyebutkan beberapa jenis softdrink. Kupilih apple juice. Ia kemudian bangkit
dan berjalan menuju ke salah satu sudut ruangan, ada sebuah kulkas kecil disitu.
Kemudian sambil membungkuk ia memilih-milih dari isi kulkasnya, rok yang
dikenakkannya lagi-lagi naik memamerkan kemulusan bagian belakang pahanya. Dan
di balik rok ketatnya itu membayang bukit pantatnya sangat berisi dan seksi. Aku
menelan ludah sesaat. Ia benar-bernar menampilkan sebuah kecantikan dari seorang
wanita yang nampak matang.
Setelah meletakkan minuman di meja, ia kembali duduk dan mempersilahkan diriku
untuk minum. Sambil mengangkat gelas kuperhatikan kembali ia melipat kedua
kakinya. Oh shit ! C'mon man, it's business, rutukku dalam hati mencoba meredam
pikiran-pikiran nakal yang mulai menggoda diriku. Aku akhirnya berhasil
berkonsentrasi penuh.
Ia kemudian mulai membuka pembicaraan dengan menerangkan maksudnya untuk memakai
jasa perusahaanku untuk menerapkan komputerisasi di perusahaannya. Dengan piawai
ia menerangkan struktur organisasi perusahaannya dan prosedur-prosedur yang ada
pada setiap bagiannya beserta kendala-kendala yang mereka hadapi. Nampaknya ia
betul-betul menguasai seluk beluk perusahaan ini. Dari apa yang diterangkannya
sudah dapat kutengarai bahwa akselerasi perusahaan ini terhambat oleh kurang
cepat dan akuratnya pengambilan-pengambilan keputusan dan itu disebabkan tidak
tersedianya informasi yang akurat yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
dalam waktu yang singkat. Memang sudah waktunya perusahaan ini untuk melakukan
komputerisasi, demikian hemat kami berdua.
Hampir dua jam kami berbincang-bincang. Dari menit ke menit suasana percakapan
kami semakin lancar dan akrab. Ia kemudian memintaku untuk mengajukan proposal.
Kujawab bahwa untuk membuat proposal tersebut aku membutuhkan waktu dan
kesempatan untuk bisa melakukan analisa sistem. "Of course, silahkan, mulai
besok staff Bapak sudah bisa mulai", jawabnya tangkas.
"Waktu ibu mungkin akan tersita sebagian untuk analisa ini, karena kami ingin
hasil analisa kami bisa match dengan pihak manajemen", kataku sambil memasukkan
berkas-berkasku ke dalam tas.
"Okay, no problem, disita seluruhnya juga boleh", balasnya setengah bercanda.
Aku mohon pamit darinya, kuulurkan tanganku dan disambutnya menjabat tanganku,
"Tolong Bapak nanti bikin appointment dengan sekretaris saya untuk besok jam
berapa staff Bapak mau menemui saya, okay ?"
Jabatan tanganku sengaja tak kulepaskan, "Khusus untuk jadwal dengan ibu saya
sendiri yang akan turun tangan", jawabku sambil menatap tajam wajahnya, kuremas
perlahan tangannya. Ia tersenyum tersipu, kulihat ada semburat merah di pipinya.
Keesokan harinya aku bersama beberapa staff mulai melakukan survey untuk analisa
sistem di perusahaan itu.
Maria benar-benar sangat membantu. Ia begitu apresiatif mengimbangi setiap
langkah penganalisaan yang kulakukan. Begitu mengasyikkan bekerja bersamanya.
Selama enam hari kami secara rutin melakukan survey. Terkadang Maria menemaniku
sampai larut malam membahas langkah demi langkah yang akan diambil didalam
melaksanakan proyek komputerasi di perusahaannya. Kami berdua semakin akrab,
sikapnya sudah lebih santai menghadapiku, tak jarang kami bercanda hingga
tertawa terbahak-bahak. Sering dikala menghadapi berkas-berkas tangan kami
saling bersentuhan, terkadang ia mencolek lenganku disaat ada yang ingin ia
tunjukkan dari suatu berkas, namun semua itu masih dalam batas-batas formal.
Pada hari terakhir kami sudah tuntas menyelesaikan seluruh prosedur analisa,
semua data yang diperlukan sudah lengkap terkumpulkan.
"Bu Maria, saya kira sampai hari ini sudah cukup hasil analisa kami", kataku
ketika akan pamit.
"I see, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyusun proposal", tanyanya
dengan nada serius.
"Mungkin seminggu", kujawab enteng, sengaja kubilang seminggu, walaupun
sebutlnya paling lama dua hari untuk menyusun sebuah proposal dengan data
selengkap ini, ingin kulihat reaksinya.
"Harus segitu lamanya ?", tanyanya. Kulihat ada nada harap-harap cemas di
suaranya.
"Nggak kok, paling juga cuman dua hari", jawabku sambil tertawa.
"Nah, gitu dong !", sahutnya dengan nada lega dan ceria
Yes, allright! That's the sign, sorakku dalam hati. Sebuah tanda yang mungkin
biasa untuk orang lain, namun tidak untuk diriku, aku terlalu hapal untuk
hal-hal yang begini. Otakku berputar cepat. Buntu. C'mon ! Pikir, pikir, pikir,
bisikku dalam hati mencari-cari sebuah cara. Aha ! Entertainment ! That's the
right answer. Adalah hal yang wajar di dalam berbisnis menawarkan sesuatu yang
bersifat entertainment untuk lebih memantapkan hubungan. Lunch ! Itu yang paling
cocok, pikirku lagi. "Kalau nggak keberatan saya mau undang Ibu untuk lunch
siang ini, bersama Bapak juga tentunya", kataku "melepas umpan" sambil
menekankan kata "Bapak" dan kutatap wajahnya untuk menyelidiki reaksinya.
"Okay, kebetulan saya sudah lapar juga nih", jawabnya ceria kemudian menelpon
sekretarisnya memberitahu bahwa ia akan keluar untuk makan siang.
"Bapak nggak di-calling sekalian Bu ?", tanyaku.
"Ha..ha..ha.. Bapaknya masih belum terdaftar di Kantor Catatan Sipil", jawabnya
sambil menonjok perlahan lenganku. Kekakuan sikapnya agaknya mulai mecair.
Dengan menumpang kendaraannya kami keluar dari lokasi perusahaannya. "Mau makan
dimana nih ?", tanyanya.
"Terserah Ibu deh, Ibu yang pilih, saya yang bayar".
"Maria".
"Kenapa Bu ?"
"Panggil saya Maria".
"Panggil saya Indra", sahutku pendek membalasnya.
"Saya kan nggak terlalu tua untuk kamu panggil Ibu terus ?", tanyanya dalam nada
canda.
Hari itu ia mengenakan kemeja putih tipis dipadu dengan blazer berwarna ungu dan
rok mini dengan warna yang sama, rambutnya yang panjang bergelombang itu
diikatnya dengan sederhana menggunakan sebuah sapu tangan.
Mataku bergerak turun menatap lehernya, turun lagi ke gundukan bukit dadanya,
padat dan berisi, pikirku, kuperhatikan tangannya yang sedang memegang setir,
ada banyak bulu-bulu halus disana. Padangan mataku turun lebih jauh lagi ke
bawah. Ala mak ! Mataku terpaku pada kedua belah pahanya yang kini terpampang
jelas, rok mini yang dikenakannya hampir tak dapat menutupinya, terangkat tinggi
sekali hampir mencapai pangkal pahanya. Aduh mulusnya, tanganku bergetar. Wait !
Don't screw up nDra ! That's too fast, hatiku bergolak menahan pikiran nakalku.
"Mau makan di mana nih ?", tanyanya membuyarkan lamunanku.
"Hah ... apa ?", aku tergagap.
"Jalannya ada di depan, nDra !", ucapnya dengan menahan tawa sambil tangannya
dengan lembut memalingkan kepalaku yang dari tadi menghadap ke arahnya.
"Di belakang juga ada kok", sahutku menggoda untuk membuyarkan rasa gugupku.
Kulepas dasiku agar lebih santai.
Akhirnya mobil kami berhenti di sebuah rumah makan pilihannya. Ketika hendak
melangkah masuk kuulurkan tanganku ke arahnya, ia pun menyambut mengulurkan
tangannya dan melingkarkannya di lenganku. Kami berjalan beriringan masuk ke
dalam rumah makan itu.
Kupilih meja yang paling menyendiri, kutanyakan jika ia suka.
"No, not there", katanya sambil menggelengkan kepala dan tersenyum. Kemudian ia
berjalan ke arah salah seorang waiter yang sedang berdiri, kulihat ia sepertinya
menanyakan sesuatu kepada si waiter.
Ia kemudian melambaikan tangannya kepadaku, kuhampiri dirinya.
"Gimana ?", tanyaku.
"Sini", jawabnya singkat sambil menarik tanganku. Sambil diikuti sang waiter
kami berjalan ke sebuah pintu, di dalamnya ada sebuah lorong yang pada salah
satu sisinya kulihat ada beberapa pintu yang tertutup.
Si waiter kemudian membuka sebuah pintu sambil mempersilahkan kami untuk masuk.
Rupanya itu adalah ruangan VIP.
Tak ada kursi satupun disana, hanya sebuah permadani berbulu tebal, beberapa
bantal berukuran besar dan sebuah meja pendek terbuat dari kaca tembus pandang.
Kami memesan makanan dan minuman secara komplit, dessert, main lunch dan
appetizer. Setelah si waiter berlalu, Maria melepas blazer dan menggantungkannya
di sebuah hanger yang ada di dinding ruangan VIP itu, saat itulah kutahu ia
ternyata mengenakan bra berwarna hitam yang nampak membayang jelas di balik
kemeja putih tipisnya, membuatku semakin terpesona akan kecantikan dan keseksian
dirinya.
Ia kemudian melepas sepatunya, berjalan ke arah meja pendek itu dan duduk dengan
melipat kedua lututnya, meraih sebuah bantal dan menyisipkan di belakang
punggungnya.
"Gimana, nggak salah kan pilihanku", tanyanya dengan nada riang. "Perfect !",
sahutku sambil mengacungkan jempol, kemudian kubuka juga sepatuku, melangkah
menghampiri dan duduk berseberangan dengan dirinya. Dari balik meja kaca itu
kembali kulihat kedua belah pahanya yang putih mulus terpampang di depan mataku.
"Kok gerah ya ?", tanyanya sambil muatannya mencari-cari letak AC di ruangan
itu.
"Masa sih? Kalau buatku udah lumayan nih dinginnya, cukupan", sahutku heran.
Aku kemudian bangkit berdiri, kuhampiri letak AC di ruangan itu dan kuperiksa
setelan suhunya, ternyata udah mentok, kuberitahu dirinya. Ketika aku duduk
kembali, Maria mengibas-ngibaskan krah kemejanya seolah kegerahan, kemudian
..... melepas satu kancing kemejanya ..... belahan dadanya menyembul ..... hmmm,
putih sekali ..... ia menatapku dan tersenyum. Oh boy! What a fucking teaser
girl, pikirku dengan dada mulai berdebar-debar.
"Hmm, sekarang baru terasa gerahnya", kataku kemudian kutatap dengan tajam
matanya, kugerakkan tanganku ke bagian atas bajuku, dengan teramat perlahan
kubuka satu kancing bajuku .... kulihat matanya menyipit .... kubuka satu lagi
..... dan dengan perlahan kusibakkan hingga dadaku terbuka menampakkan bulu-bulu
yang tumbuh lebat di sana .... kulihat ia mengigit bibir.
Beberapa saat kami terdiam saling menatap, kedua mata kami saling bergantian
menatap .... ke arah wajah .... turun ke dada .... ke arah wajah kembali ....
turun ke dada kembali .... kubiarkan ia mengamati sinar mataku yang memancarkan
gairah .... sinar matanya pun mengalirkan pesona birahi ....
Beberapa saat kemudian terdengar ketukan di pintu dan beberapa waiter dan
waitress datang menghidangkan pesanan kami, membuyarkan keasyikan kami saling
menatap.
Makan siang itupun tak pelak lagi menjadi ajang pertarungan .... antara
getar-getar birahi diriku dan dirinya..... Saling melepas panah-panah asmara
.... namun kemudian mengelak .... Ahhh, jinak-jinak merpati ! Maria betul-betul
menguasai kematangan seorang wanita. Terkadang disaat menelan hidangannya ia
sedikit menjulurkan lidahnya yang merah menyala itu, menjilat sesaat bagian
bawah sendok makannya, baru kemudian dengan perlahan memasukkan ke dalam
mulutnya. Begitu juga saat menikmati buah penutup hidangan, tak jarang ia
membiarkannya berlama-lama di depan bibirnya, sambil berbicara ia menjilat dan
mengecupnya, baru kemudian memasukkan ke dalam mulutnya dan mengulumnya lebih
dulu sebelum menelannya. Semuanya ia lakukan dengan mempesona, tanpa
menampakkannya sebagai sebuah kesengajaan, begitu halus dan menggoda. Kuhela
napas panjang, dudukku mulai terasa tak nyaman, ada yang memberontak di bagian
bawah pusarku. Kurutuki si pemilik restoran yang menyediakan meja menggunakan
kaca tembus pandang, kurasa Maria dapat melihatnya , tatapan matanya berulang
kali mengarah ke sana.
"Okay ? Cukup ?", tanyaku seolah memberi tanda ajakan untuk pulang.
"Ha ? Eh ... Ya ... Okay ... Nice lunch", jawabnya tergagap.
Aku kemudian bangkit berdiri, tatapan Maria jatuh ke bagian bawah pusarku yang
sudah membengkak dan menonjol tak mampu tertutupi oleh longgarnya kain celanaku.
Sesaat kemudian sambil tersenyum Maria menjulurkan tangannya sebagai tanda
memintaku untuk membantunya berdiri. Dengan sigap kutarik kedua tangannya, ia
bangkit perlahan, dan disaat belum berdiri secara sempurna dengan sengaja
kuperkuat tarikan tanganku, Maria menjerit lirih karena terkejut dan tak pelak
lagi ..... ia terhuyung-huyung dan jatuh ke dalam pelukanku. Wajahnya hanya
sesenti nyaris bersentuhan dengan wajahku.
"Sorry, terlalu keras nariknya", bisikku perlahan sambil tersenyum. "Nakal !",
sahutnya lirih sambil memukul dadaku perlahan.
"Masih ada yang lebih nakal lagi", kataku dengan nada menggoda dan menatap tajam
matanya.
"Ap...", belum selesai ia berbicara kukecup perlahan bibirnya.
"Kamu ... kamu ...", ucapnya terbata-bata, kedua alis matanya berkerut. "Ssstt
...", sahutku perlahan sambil menutup bibirnya dengan jari telunjukku, kutatap
terus wajahnya, ia pun balas menatap, tak lama kemudian kulihat sinar matanya
mulai meredup dan semakin meredup .... kemudian terpejam .... bibirnya merekah
.... kudekatkan bibirku perlahan-lahan ke bibirnya .... kubiarkan hanya nyaris
menyentuh .... hanya beberapa milimeter dari bibirnya .... kunikmati kehangatan
napas harum yang keluar dari mulutnya .... kuhirup perlahan ..... Maria membuka
sesaat kedua matanya ..... kemudian terpejam kembali ... tangannya meraih
leherku dan menariknya .... bibirnya melumat bibirku ....
Cukup lama kami dengan bernafsu saling melumat bibir, hingga nafas kami
terengah-engah. Ciuman kami terlepas, kemudian perlahan kudorong ia hingga
tersandar di dinding, kutatap lagi wajahnya, tak ada tanda-tanda penolakan.
Perlahan tanganku bergerak ke atas, kulepas satu kancing bajunya .... mataku
tetap menatapnya .... masih tak ada tanda-tanda penolakan .... kulepas satu lagi
.... tiga kancing bajunya terlepas sudah .... kedua tangannya bergerak menumpang
pada bahuku dan meremasnya .... kuturunkan sedikit badanku .... bibirku
menyentuh pangkal dadanya .... napasnya semakin memburu .... kuturunkan lagi,
hingga wajahku persis di hadapan dadanya, kulihat ada gesper di bagian depan bra
hitam yang dipakainya. Perfecto ! Kulepas gesper itu .... buah dadanya menyembul
keluar .... kudongakkan wajahku untuk menatapnya .... Maria tampak merundukkan
kepalanya memandangi ulahku .... masih tak ada tanda-tanda penolakan. Tanganku
bergerak turun, meraba kedua pahanya .... sambil menaikkan kembali badanku
kuangkat kedua tanganku bergerak naik menyibakkan rok mini yang dikenakannya
.... dan lebih naik lagi ke atas .... hingga terhenti pada bukit pantatnya ...
Hmm, that's thong, pikirku menebak jenis celana dalam yang dikenakannya karena
kurasakan kedua telapak tanganku terasa hangat menyentuh bongkahan daging padat
nan kenyal pada pantatnya, tak ada yang menghalanginya.
Wajahku kini berhadapan lagi dengan wajahnya, kepalanya tersandar di dinding,
kedua matanya meredup menatapku .... kuremas perlahan bongkahan pantatnya .....
bibirnya merekah .... terdengar rintihan halus dari dalam mulutnya .... kukecup
lehernya .... Maria mendesah .... kecupan bibirku berubah menjadi lumatan dan
bergerak ke bawah dan semakin ke bawah .... menelusuri pangkal dadanya ....
lebih ke bawah lagi .... menuju ke satu arah .... puting susunya yang merah dan
sudah runcing mengeras .... ketika bibirku mencapai puting susunya kembali ia
merintih .... kukulum perlahan-lahan .... dari dalam mulut lidahku bergerak
menyentuh ujung puting susunya .... kemudian menjentik-jentikkannya .... kedua
tangannya bergerak meremas rambutku dan rintihannya berubah menjadi erangan ....
Kulepaskan permainan bibir dan lidahku dari puting susunya ... bergerak kembali
ke atas .... sambil kuangkat salah satu kakinya dan kutumpangkan pada pinggangku
..... wajahku kembali berhadapan dengan wajahnya .... kedua matanya terpejam
.... tanganku yang lain bergerak membuka ikat pinggangku .... kemudian kancing
celanaku ... dan menarik turun resletingnya .... perlahan kukeluarkan dan
kugenggam Hercules kecilku yang sudah berdiri tegap meregang otot-otot yang
memenuhi sekujur tubuhnya ....
Sambil tetap menatap wajahnya kuturunkan sedikit tubuhku .... mengarahkannya ...
dan perlahan bergerak naik ke atas .... mencari jalan ke pintu gerbang
kenikmatan yang menanti
untuk di dobrak .... dengan tangan yang lain kusibakkan
celana dalam yang menutupinya .... hingga akhirnya kepala Hercules kecilku
berhasil menyentuhnya .... kedua mata Maria tiba-tiba terbelalak sesaat dan
kemudian meredup memandang wajahku ..... rasa hangat dari pintu gerbang itu
mulai terasa menjalar .... kugerakkan Hercules kecilku untuk mulai mendobrak
.... ahhh, sulit .... bagaikan ada perlawanan di balik pintu gerbang itu ....
posisi berdiri memang menggairahkan namun juga menyulitkan pikirku .... Maria
menggerakkan kakinya lebih naik lagi pada pinggangku .... hmm, rupanya musuh
mulai mau bekerja sama pikirku .... kudorong kembali Hercules kecilku ....
perlahan namun bertenaga ia mendesakkan kepalanya tepat di belahan pintu gerbang
itu .... kudorong lagi .... belahan pintu gerbang itu mulai terbuka sedikit ....
Maria merintih .... kudorong lagi .... setengah dari kepala Hercules kecilku
mulai menyelip masuk .... Maria kemudian menggelinjangkan pinggulnya dan
kusambut usahanya itu dengan mendorong lebih jauh lagi .... perlahan-lahan
kepala Hercules kecilku melesak masuk .... menerobos di antara celah pintu
gerbang yang sudah mulai terbuka itu dan ... Tok-tok-tok ! Kudengar suara
ketukan di pintu ! Oh shit ! Not now please, please, please, rutukku dalam hati.
Ketukkan di pintu semakin keras kemudian terhenti.
Kedua mata Maria terbelalak, wajahnya memucat, dengan agak kuat ia mendorong
dadaku. Ia memandangi pakaian di tubuhnya yang sudah tak keruan letaknya itu,
kemudian dengan tergopoh-gopoh ia membenahi. Kubenahi juga celanaku. Maria
kemudian membalikkan tubuhnya menghadap tembok sambil menutup wajah dengan kedua
telapak tangannya. Oh shit! Apes bener diriku, sesalku dalam hati. Hatiku gundah
tak keruan melihat Maria bersikap seperti itu.
"Maria ...", panggilku perlahan.
"Don't say anything, please!", ia memotong ucapanku sambil menundukkan kepala
dan mengibaskan tangannya.
"Ayo kita balik ke kantor deh", ajakku.

2 komentar:

pusatdewasa mengatakan...

VIMAX PEMBESAR PENIS CANADA



Bikin Penis Besar, Panjang, Kuat, Keras, Dengan Hasil Permanent



isi 30 cpsl Untuk 1Bulan Hanya.500.000;



Promo 3 Botol Hanya.1.000.000;



ANEKA OBAT KUAT EREKSI DAN T.LAMA 



 PERANGSANG WANITA SPONTAN



( Cair / Tablet / Serbuk / Cream) 5Menit Reaksi Patent.

Sangat Cocok Untuk Wanita Monopouse/ Kurang Gairah.





ANEKA COSMETIK BERKWALITAS TERBAIK



( Pelangsing Badan, Pemutih Muka & Badan, Flek Hitam,

Jerawat Membandel, Gemuk Badan, Cream Payudara,

Obat Mata Min/ Plus, Peninggi Badan, Cream Selulit,

Pemutih Gigi, Pembersih Selangkangan/ Ketiak,

Pemerah Bibir, Penghilang Bekas Luka, Perapet Veggy,





 ALAT BANTU SEXSUAL PRIA WANITA DEWASA 



 tlp: 0822 2121 8228 BBM.24CEE3AE MR.SHOLE




















































































.....

Unknown mengatakan...

bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI SUBALA JATI,,di no (((085-342-064-735)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 670 JUTA , wassalam.


dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....







Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


1"Dikejar-kejar hutang

2"Selaluh kalah dalam pasang NOMOR

3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi NOMORl


4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat









Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI SUBALA JATI akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh NOMOR 2D ,4D, 6D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: KI SUBALA JATI DI NO: [[[085-342-064-735]]]


ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND